Di tengah lecture yang saya bahkan tidak tahu isinya apa,saya malah ngobrol dengan salah seorang teman yang duduk di sebelah saya.
Teman saya (TS) : ndin, tau gak masa temen aku yang gaya pacarannya gini (dia mulai menggambar)
Mereka punya bagian kehidupan yang dijalani sama-sama, tapi juga punya bagian kehidupan yang dijalani sendiri. Trus ndin, ada juga yang gini (menggambar lagi)
Temen aku ada yang berprinsip bahwa kehidupan dia itu punya pacarnya tapi kehidupan pacarnya bukan punya dia.
Saya : Mm.. gimana kalau gini (gantian saya yang menggambar)
TS : lebih keren yang gini ndin
Annika, kamu sangatlah unyu. Haha. Emang agak berlebihan sih kalau pacaran. Tapi kalau suami-istri pasti jadinya so sweet banget :D
Hujan hari itu. Di tangan saya ada payung, sedangkan di bahu kiri saya tersampir sebuah tas. Saya berjalan seorang diri. Muka kucel setelah lecture. Pikiran kusut. Matahari tenggelam di antara bukit-bukit. Hari mulai gelap. Hujan hanya memperparah keadaan. Saya tidak mengerti, hujan akhir-akhir membuat saya sedikit melankolis. Ok, bukan sedikit, tapi sangat. Dan perlu kamu tahu, sekarang hujan hampir setiap hari. Hujan hari itu mengingatkan saya pada seseorang. Jangan tanya siapa dia, saya hanya tahu namanya. Berbulan-bulan yang lalu dia datang. Saya diam. Sekarang dia kabur. Saya tetap diam. Saya lanjut berjalan. Saya menemukan kubangan berbentuk hati di jalan aspal. Dipijak orang. Tidak cukup petir menggelegarkan gelaknya senja itu. Angin terkikik-kikik geli. Saya pun hanya tertawa miris.
Suatu ketika teman saya, katakanlah bernama A, curhat. A : din, masa kemaren, kan aku cerita sama B dan temen2 lain kalau aku suka sama kang C, eh si B bilang, "Oh! Kamu suka kang C?! (dengan santainya + suara kenceng)" Saya : hahaha parah banget A : iya, dia seakan-akan kayak ngomong,"kamu suka udang?"
Atuh lah A, kenapa mesti udang? hahaha -Mendadak ngebayangin kang C bongkok kayak udang-
tutor and tortora tortured me. er.. no, i think i tortured myself @ 19:50
Beberapa waktu lalu saya sempat down karena keadaan saya. Banyak LI (learning issue) beserta istilah-istilah aneh di dalamnya yang sulit saya mengerti. Kurangnya spontanitas saya untuk "aktif partisipatif" dalam berbagai kegiatan. Dan yang lebih melengkapi rasa down saya, saya merasa saya termasuk kaum minoritas. Ok, sebut saya lebay, tapi ya memang itu yang saya rasakan. Gimana mau ngerjain LI kalau saya saja tidak mengerti buku apa yang harus saya baca? Dan saya baru menyadari kalau logika saya benar-benar payah. Gimana mau jadi "calon dokter" yang punya talenta untuk jadi decision maker dan community leader kalau ngurusin spontanitas diri saja tidak becus? Gimana saya mau berhasil kalau saya terus seperti ini? Gimana coba?
Dan saya benar-benar frustasi.
Di tengah keadaan yang hectic saat saya dan teman-teman saya mengerjakan LI (yang diselingi ketawa haha-hihi. Seems fun, uh? Tapi itu yang bikin kita frustasi karena LI gak selesai-selesai!!), saya iseng online msn. Ternyata salah satu teman SMA saya pun sedang online. Setelah bertukar sapa dan saling menanyakan kabar, saya pun mulai bercerita tentang keadaan saya saat itu. Pertama, saya bercerita tentang bagaimana saya menjadi minoritas di sana. Tentang orang-orang sana yang menatap temannya seakan-akan berkata lu-lagi-lu-lagi. Lalu dia berkata, "Dulu toh kita juga dari minoritas waktu SMA (dari SMP yang minoritas lulusannya masuk SMA 8), tapi kan kita bisa bertahan."
Yap, di situ saya baru ngeh kalau dulu saya juga merasa seperti itu. Merasa sendiri dan berjuang untuk survive. Tapi toh saya menemukan teman-teman yang membantu saya dan bisa mengerti saya. Karena kita dulu adalah satu, siswa-siswi SMA 8 Jakarta. Dan sekarang pun satu, alumni SMA 8 Jakarta. Sama saja dengan sekarang. Saya melihat Hasna, room-mate asrama saya, lalu Dhita, Junet, Anne, Cipong, Echa. Belum lagi Andi si ketua angkatan dan banyak teman-teman serta akang-teteh angkatan atas yang mau membantu. Minoritas seharusnya bukan jadi alasan saya untuk takut. Dan semua ketakutan itu hanya perasaan saya saja. Mereka ternyata nice kok.
Yang kedua, saya curhat bagaimana agak shocknya saya ketika diberi LI macam-macam dan saya bingung, bingung mau mengerjakan apa, cari di mana, dan tanya siapa. Dan sekali lagi teman saya menjawab, "If you can survive in 8 then you can survive anywhere in the world." Sekali lagi ini agak lebay tapi ini cukup nampol bagi saya. Mengingatkan saya rasanya dulu seminggu di 8 berasa setahun, tapi toh akhirnya saya lulus juga. Semuanya bisa berlalu dengan baik jika dijalani. Saya pasti bisa bertahan. Insya Allah.
Teman, that was a great conversation. Terima kasih telah membuka pikiran saya :)
Gue baru aja selesai nonton Adhitia Sofyan pas Harmoni SCTV di youtube. Gue agak kecewa akan beberapa hal, diantaranya :
Boro-boro nonton live, tanggal 20 aja gue kagak nonton di tipi gara-gara masih di asrama. Aaaah pokoknya gue telat banget lah. Udah pasrah gue waktu itu.
Adhitia Sofyan gak nyanyi lagu kesukaan gue, Blue Sky Collapse sama Forget Jakarta. Okelah Forget Jakarta masih terhitung baru, tapi kan Blue Sky Collapse udah lama. Trus lagu Memilihmu menurut gue gak bagus dimacem-macemin, cuma bagus kalau Adhitia nyanyi sama gitarnya aja. Tapi yang Juwita Malam gak mengecewakan kok, keren :)
Aaaah pengen banget nonton Adhitia Sofyan nyanyi lagu Blue Sky Collapse live hehe. Kapan ya?
Professor : I'll prove to you if God exist, then He is evil did God create everything that exists? lf God created everything then He created the evil which means God is evil
Student : Excuse me professor does cold exist ?
Professor : What kind of question is this? Of course it exists. Have you never been cold?
Student : In fact sir, cold does not exist. According to the laws of physics, what we consider cold is in reality absence of heat. Professor, does darkness exist?
Professor : Of course it does.
Student : You are wrong sir. Darkness does not exist either. Darkness is in reality the absence of light. Light we can study, but not darkness. Evil does not exist. It is just like darkness and cold. God did not create evil. Evil is the result of what happens when man does not have god's love present in his heart.